Apa yang Terjadi pada 15 Agustus 1945? Kisah Dua Hari Jelang Kemerdekaan

fa99df2d 7374 41b4 944d 585a0cbc0e54

JejakRakyatnews -Peristiwa 15 Agustus 1945 merupakan salah satu peristiwa penting jelang kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu, jepang menyerah kepada Sekutu.

Ketika Jepang menyerah, rakyat Indonesia nyaris tidak mengetahuinya. Saat itu rakyat buta terhadap berita luar negeri lantaran semua radio disegel.

Bacaan Lainnya
banner 728x90

Mereka yang ketahuan mendengarkan siaran radio musuh, risikonya sangat besar, yakni ditangkap polisi militer Jepang atau Kempetai. Mereka yang ditangkap akan dituduh sebagai mata-mata musuh. Tuduhan ini bisa berbuntut kematian.

Soekarno dan Hatta sebagai pimpinan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) diterbangkan ke Dalat, 250 kilometer timur laut Saigon, Vietnam.

Kedatangan mereka adalah untuk bertemu Marsekal Terauchi. Dikabarkan pasukan Jepang tengah di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Pada 10 Agustus 1945, melalui siaran radio Sutan Syahrir mendengar Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Pejuang bawah tanah pun bersiap memproklamasikan kemerdekaan RI dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah dari Jepang.

Sjahrir pun menyampaikan hal itu kepada penyair Chairil Anwar mengenai dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan Hiroshima, sehingga Jepang telah menerima kekalahan dan menyerah. Sjahrir mengetahui hal ini melalui siaran radio luar negeri yang sebenarnya saat itu dilarang. Berita tersebut pun akhirnya tersebar di lingkungan para pemuda, utamanya pendukung Sjahrir.

Pada 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di dalat, Vietnam menuturkan kepada Soekarno, Hatta, dan Radjiman bahwa Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi akan dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.

Walaupun begitu, Jepang ingin kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada 24 Agustus 1945. Sebelumnya, pada 14 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, dan Radjiman kembali ke Indonesia.

Dikutip dari buku Indonesia Merdeka oleh Woro Miswati, setibanya di Indonesia, Syahrir mendesak Soekarno untuk lekas memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat merupakan tipu muslihat Jepang.

Ketika itu, setiap saat Jepang sudah harus menyerah kepada Sekutu demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis antara anti dan pro Jepang.

Hatta kemudian menceritakan hasil pertemuan di Dalat kepada Syahrir. Dalam hal ini, Syahrir sendiri sudah mempersiapkan pengikutnya yang akan demonstrasi dan mungkin harus bersiap menghadapi bala tentara Jepang.

Syahrir bahkan sudah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan disebarkan.

Sementara, Soekarno belum yakin Jepang memang telah menyerah kalah. Walaupun begitu, proklamasi kemerdekaan ketika itu bisa menimbulkan pertumpahan darah yang besar dan berakibat amat fatal apabila pejuang kita belum siap.

Soekarno juga mengingatkan kepada Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan. Proklamasi hanya hak PPKI.

Di sisi lain, Syahrir menganggap PPKI merupakan badan buatan Jepang dan proklamasi oleh PPKI hanyalah hadiah dari Jepang.

Pada 15 Agustus 1945, akhirnya Jepang bertekuk lutut kepada angkatan perang Sekutu. Sebagian pemuda dan mahasiswa yang mengetahui kekalahan Jepang pun meneruskan kepada yang lainnya dengan berbisik-bisik. Mereka bersiap supaya proklamasi dilaksanakan hari itu juga.

Pos terkait

banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *